Struktur
sedimen adalah bentuk-bentuk struktur dalam batuan sedimen yang terjadi karena
proses pada saat atau tidak lama setelah terjadinya proses sedimentasi. Struktur
sedimen sangat berguna bagi geologist,
karena dengan struktur sedimen ini kita dapat menafsirkan aspek-aspek seperti
lingkungan sedimen kuno, sejarah geologi, dan juga proses terjadinya permukaan
bumi.
Dan juga
beberapa dari struktur sedimen berguna untuk mengidentifikasi puncak dan dasar dari
beds dan untuk menentukan rangkaian
dari sedimen yang berada pada urutan stratigrafi atau telah berubah karena
dipengaruhi oleh gaya tektonik. Struktur sedimen sangat banyak terjadi
di batuan sedimen silisiklastik, tetapi mereka juga terjadi pada
batuan sedimen non-silisiklastik seperti batu gamping dan evaporit.
Struktur sedimen dapat
diklasifikasikan berdasarkan basis morfologi ataupun karakteristik
dekskriptifnya. Struktur sedimen primer dikelompokkan menjadi 3 kategori, yakni
struktur stratifikasi dan bedforms, bedding-plane markings, dan struktur
lainnya. Struktur stratifikasi dan bedforms dibagi lagi menjadi 4 kategori,
yakni bedding dan lamination, bedforms, cross-stratification, dan irregular
stratifikasi. Seperti pada Gambar
1 yang menunjukkan hubungan antara proses sedimentasi dan jenis struktur
sedimen yang terbentuk.
Struktur
sedimen terbagi kepada dua jenis, yaitu struktur sedimen primer dan struktur
sedimen sekunder.
A. STRUKTUR SEDIMEN PRIMER
A. STRUKTUR SEDIMEN PRIMER
Struktur
sedimen primer dihasilkan oleh empat jenis proses, yaitu:
1. Deposisi (struktur pengendapan),
2. Proses oleh erosi dan kemudian
terjadih deposisi (struktur erosi),
3. Deposisi yang diikuti oleh fisik
deformasi sedimen lunak (struktur deformasi), dan
4. Dengan
biogenica yang dimediasi oleh deposisi atau deposisi non-biogenetik
dan modifikasi biogenik (struktur biogenik).
Stratification dan Bedforms
a. Bedding and Lamination
Bedding
memiliki karakteristik yang fundamental pada batuan sedimen. Beds adalah tabular
atau lenticular layers dari batuan sedimen yang memiliki litologi, tekstur,
atau kesatuan struktural yang jelas, yang dapat membedakan mereka dari strata
atas dan strata bawah. Permukaan atas dan bawah beds dikenal sebagai
perlapisan. Otto (1938) menganggap bahwa beds sebagai unit sedimentasi, yaitu
sebagai ketebalan sedimen. Walapun hal ini tidak selalu mungkin terjadi, namun dieperlukan
untuk mengidentifikasi unit sedimentasi individual. Menurut McKee dan Weir
(1953), beds didefinisikan sebagai strata yang memiliki ketebalan lebih
dari 1 cm; apabila lapisan ketetebalannya kurang dari 1 cm, maka disebut laminae.
Pada Gambar
2, digunakan istilah untuk menggambarkan
ketebalan beds dan laminae.
Beds dipisahkan oleh perlapisan atau beds surface, yang
sebagian besar merupakan perlapisan dari non-deposisi, perubahan mendadak
dalam komposisi (yang mencerminkan perubahan dan kondisi pengendapan), atau
permukaan erosi (Campbell, 1967).
(Gambar 2 dihapus)
Gambar 3. Informal subdivision dari beds pada
struktur dalam.
Beds dapat dibedakan secara internal ke dalam
sejumlah unit informal (Gambar 3). Beds dapat berisi subdivisi yang timbul dari
asosiasi khusus dari struktur sedimen, seperti bidang laminae atau ripple
laminae. Unit informal memiliki komposisi yang berbeda, tekstur,
sementasi, atau warna, yang mungkin ada pada lensa kerikil atau pada chert . Sebuah
diskontinuitas ditandai (umumnya karena erosi permukaan) diantara dua beds dari
komposisi yang sama yang disebut permukaan amalgamasi, dan beds dipisahkan oleh
permukaan seperti disebut amalgamasi beds.
Lapisan adalah bagian beds yang lebih tebal dari
laminae yang dipisahkan oleh minor namun berbeda diskontinuitas dalam tekstur
atau komposisi. Beds dipisahkan oleh perlapisan atau bedding surface yang
sebagian besar merupakan plane dari non-deposition, perubahan mendadak
dalam komposisi (yang mencerminkan perubahan dan kondisi pengendapan),
atau permukaan erosi (Campbell, 1967).
Permukaan
bawah dan atas pada beds umumnya parallel satu sama lain, namun beberapa
permukaan beds yang nonparallel (Gambar 4). Permukaan beds sendiri mungkin
bisa bergelombang, atau bahkan melengkung. Tergantung pada kombinasi
karakteristik ini, beds dapat memiliki
berbagai bentuk geometris seperti uniform-tabular, tabular-lenticular, curved-tabular,wedge-shaped,
dan irregular. Pada beds dapar berisi layers dan laminae yang pada dasarnya sejajar
dengan perlapisan, yaitu beds yang mungkin menampilkan stratifikasi planar
internal maupun laminated bedding.
Gambar 4. Konfigurasi permukaan bedding.
Beds
dihasilkan oleh konstan fisik, kimia,atau kondisi biologis. Banyak pula
beds yang dihasilkan dengan sangat cepat, yaitu pada saat banjir yang hanya
berlangsung beberapa jam atau beberapa hari saja.
Planar
bedding digunakan untuk membedakan beds yang tidak mengadung cross-laminae. Ada
4 jenis planar bedding, yaitu laminated bedding, graded bedding,reverse
bedding, dan massive bedding.
b. Bedforms
Bedforms terjadi di lingkungan eolian dan submarine yang
memiliki berbagai ukuran Ada hubungan genetik yang erat antara mekanisme aliran
fluida, ripple bedforms, dan lintas laminasi. Untuk lebih memahami asal-usul
bedforms dan cross-stratifikasi, banyak peneliti telah berfokus untuk
mempelajari transportasi sedimen di flume. Hasil dari percobaan flume ialah
menetapkan bahwa di aliran fluida, ripple kecil mulai terbentuk di sedimen pasir
secepat pembentukan sedimennya. Urutan/rangkaian dari jenis-jenis
bedforms berdasarkan dengan tingkat kecepatan velositas yang tergantung pada
ukuran butir material.
Gambar 5. Rangkaian bedform yang
terbentuk selama aliran unidirectional dari sedimen pasir.
Ukuran
0,25mm sampai 0,7mm (menengah ke pasir kasar), misalnya pada rangkaian bedforms
pada Gambar 5. Ripples adalah bedform yang terkecil, ukuran luasnya 5cm sampai 20
cm dan tinggi 0,5cm sampai 3cm. Ripple terbentuk di lumpur (0,06mm)
hingga ke pasir kasar (0,7mm). Bedforms yang lebih besar (panjang
gelombangnya) mulai dari 1m sampai 1000m disebut bukit (dunes). Ripple
memiliki berbagai ukuran yang
bervariasi. Ripple terbentuk di antara siliklastik dan sedimen karbonat.
c. Cross-Stratification
1.
Cross-bedding
Cross-bedding
terbentuk saat migrasi ripple dan pasir dunes di air atau udara. Migrasi ripple
atau dunes menyebabkan pembentukan laminae foreset karena avalanching atau penetapan
suspensi di zona pemisahan bedforms. Jika sebagian besar sedimen terlalu kasar
untuk diangkut, maka avalanching dari sedimen bedload akan menyebabkan
pembentukan laminae yang curam dan lurus.
Cross
bedding adalah jenis yang sangat umum dari struktur sedimen di batuan sedimen
kuno. Cross-bedding terbentuk di kondisi lingkungan yang berbeda hingga
dapat sangat mirip dalam rupa/penampilan, dan hal itulah yang seringkali membuar
peneliti menjadi sulit dalam studi lapangan untuk membedakan batuan sedimen kuno
dengan cross-bedding yang terbentuk di terbentuk di.daerah fluvial, eolian, dan
di laut.
2. Ripple Cross-Lamination
Ripple
cross-lamination terbentuk saat deposisi berlangsung sangat cepat selama
migrasi ripple. Proses ini menghasilkan unit cross-bedded yang memiliki
penampilan umum yang mana gelombang di bagian singkapan terpotong.
3. Flaser
dan Lenticular Bedding
Flaser
bedding adalah jenis dari ripple bedding yang mana garis-garis tipis lumpur
terjadi antara set cross-dilaminasi atau ripple-dilaminasi pasir atau berlumpur
sedimen. Lumpur terkonsentrasi terutama di ripple tetapi mungkin juga
sebagian menutupi puncak. Flaser beddding menunjukkan deposisi dibawah kondisi
fluktuasi hidrolik.
4.
Hummocky Cross-Stratification
Hummocky cross-stratification ditandai dengan
gelombang cross-laminae yang keduanya berbentuk cekung dan cembung. Hummocky
cross-bedding umumnya terjadi pada ketebalan 15cm sampai 50cm dengan basis
erosi gelombang, ripple, tops bioturbated. Hummocky cross-stratifikasi biasanya
terjadi pada batu pasir halus untuk batulanau kasar yang biasanya mengandung
mika berlimpah dan sisa-sisa tanaman karbon halus
d. Irregular Stratification
1. Struktur Deformasi
i.
Convolute Bedding and lamination
Convolute bedding adalah struktur yang
dibentuk oleh perlipatan yang kompleks atau rumit saat mengisutkan beds atau
laminasi menjadi tidak teratur, biasanya dalam skala kecil antiklin dan
sinklin. Umumnya seperti itu, tapi tidak tentu, terbatas pada unit
sedimentasi tunggal atau bed. Convolute bedding biasanya ditemukan di pasir
halus atau pasir berlumpur, dan laminae biasanya dapat ditelusuri melalui
lipatan. Sesar umumnya tidak terjadi, tetapi convolutions dapat dipotong
oleh permukaan erosi yang juga tergulung.
ii.
Struktur Flame
Struktur flame
yang bergelombang berbentuk dari lumpur yang biasa disisipi oleh batu
pasir. Struktur flame biasanya berasosiasi dengan struktur lain yang disebabkan
oleh sedimen pemuatan.
iii. Ball
dan Struktur Bantal
Ball dan struktur bantal (pillow) berada pada
bagian bawah batu pasir, dan biasanya tidak berada pada batu gamping. Ball dan
struktur bantal terdiri dari massa hemispherical (berbentuk batu pasir atau
batu gamping) yang menunjukkan laminasi internal.
iv. Lipatan
dan Sesar Sedimen
Struktur
slump ialah istilah umum yang biasa digunakan dalam deformasi
penecontemporaneous yang dihasilkan dari gerakan dan perpindahan dari sedimen unconsolidated
atau semiconsolidated.
Struktur
slump telah banyak melibatkan unit sedimentasi, dan biasanya ialah berupa sesar. Ketebalan
unit slump telah dilaporkan berkisar dari kurang dari 1m hingga lebih dari 50m. Unit
slump dapat dibatasi atas dan bawah strata yang tidak menunjukkan bukti
deformasi. Struktur slump juga biasanya terjadi pada mudstones, pasir halus dan
tidak terjadi di batupasir, batugamping, dan evaporit.
v. Dish dan Struktur Pilar
Struktur dish berbentuk tipis, berwarna gelap,
subhorizontal, flat cekung ke
atas, laminasi tanah liat, yang terjadi di batupasir dan batulanau. Laminasi
biasanya hanya memiliki ketebalan beberapa sentimeter saja, tapi individual
dishes berukuran lebar 1cm hingga lebih dari 50 cm.
2. Struktur Erosi
Channels
(saluran) adalah struktur yang berbentuk U atau V pada cross-section dan cut-across
yang sebelumnya telah dibentuk oleh bedding dan laminasi. Channels
terbentuk karena adanya erosi, terutama oleh arus tetapi dalam beberapa kasus
oleh gerakan massa. Channels dapat terisi oleh sedimen yang berstektur
berbeda dengan beds yang telah terpotong. Channles terlihat pada singkapan yang
lebar dan pada kedalaman beberapa sentimeter hingga meter. Bahkan pada channels
yang besar dapat didefinisikan sebagai pemetaan atau pengeboran.
B. STRUKTUR SEDIMEN SEKUNDER
Struktur sedimen sekunder adalah struktur yang terbentuk
sesudah terjadinya proses sedimentasi atau pada waktu diagenesa. Juga merefleksikan
keadaan lingkungan pengendapan, misalnya keadaan dasar, lereng dan lingkungan
organismenya.
Bedding-Plane Markings
a. Beding-Plane Yang Dihasilkan oleh
Erosi dan Deposisi
Banyak
tanda-tanda bedding-plane terjadi di bagian bawah beds sebagai positif relief
cast dan tanda-tanda irregular. Tanda utama didasarkan pada batupasir dan
sedimen kasar lainnya. Tanda tunggal (sole) ditunjukkan fitur directional yang
membuat bedding-plane sangat berguna untuk menafsirkan arah aliran arus
kuno.
Jadi
erosi pada tanda bedding-plane sebenarnya dibentuk oleh dua tahap yang
melibatkan baik erosi dan deposisi. Pertama kohesif, sedimen terkikis oleh
beberapa mekanisme sehingga menghasilkan
alur atau depresi. Jika bedding-plane kemudian mengalami pengangkatan oleh
tektonik, struktur ini mungkin terpapar
oleh pelapukan dan erosi sub-aerial (Gambar 6).
Gambar 6. Tahap pembentukan
sole-marking hingga tererosi oleh lumpur yang kemudian terjadi deposisi pada
sedimen kasar.
Peristiwa
erosi yang dimulai oleh proses erosi
sole-markings dapat dihasilkan dari aksi current-transported
yang sebentar atau berlanjut.
i. Groove Casts
Groove cast
yang memanjang dihasilkan dari infilling
tang tererosi yang kemudian diproduksi sebagai hasil dari kerikil, shell,
sepotong kayu.
Gambar 7. Potongan groove casts pada
batu pasir.
Groove
casts biasaya berukuran lebar dari beberapa milimeter hingga puluhan sentimeter
dan memiliki relief satu atau dua sentimeter. Groove casts adalah
fitur directional yang paralel dan berorientasi ke arah aliran arus kuno.
ii.
Bounce, brush, prod, roll, and skip marks
Bounce
marks dihasilkan oleh alat yang membuat kontak intermitent dengan dasar,
menciptakan bounce. Brush dan prodmarks berbentuk asimetris di cross-sectional.
Roll dan skip marks dibentuk oleh pantulan naik dan turun permukaan yang
menghasilkan track terus menerus. Lihat gambar 8.
Gambar 8. Bounce, brush, prod, roll,
dan skip marks.
iii. Flute Casts
Flute
casts adalah bentuk gerusaan pada permukaan yang bentuknya seperti seruling.
Flute casts terjadi secara tunggal atau bersamaan di mana semua flute yang berorientasi
pada arah yang sama. Secara tunggal, flute cenderung berukuran sama, namun
flute casts di tempat beds yang berbeda dapat berukuran lebar dari 1-2 cm sampai
20 cm atau lebih, tinggi (relief) dari beberapa sentimeter sampai 10 cm atau
lebih, dan panjang dari beberapa sentimeter hingga satu meter atau lebih. Lihat
gambar 9.
Gambar 9. Flute casts
b. Beding-Plane Yang Dihasilkan oleh Deformasi:
Load Casts
Load casts adalah struktur sedimen yang
diakibatkan oleh perubahan (deformasi) yang ditimbulkan oleh beban diatasnya.
Dengan kata lain, load casts merupakan lekukan yang timbul pada permukaan
lapisan akibat beban yang berada diatasnya.
Gambar 10. Load casts yang terjadi
pada batu pasir.
c. Beding-Plane Yang Dihasilkan oleh Organisme
i. Trace
Fossils
Trace
fossils adalah struktur sedimen yang terbentuk akibat proses secara biologis.
Strukturnya Antara lain: tracks, trail, burrow, borings, fecal pellet dan
jejak-jejak lainnya yang dihasilkan oleh organisme. Empat struktur pada trace
fossils yang diketahui ialah struktur bioturbasi, biostratifikasi,
biodepositional, dan bioderosi.
Gambar 11. Skema hubungan
karakteristik trace fossils pada batuan sedimen di laut. 1 Polydora; 2 Entobia;
3 echinoid borings; 4 Trypanites; 5&6 pholadid burrows; 7 Diplocraterion; 8
unlined crab burrow; 9 Skolithos; 10 Diplocraterion; 11 Thalassinoides; 12
Arenicolites; 13 Ophiomorpha; 14 Phycodes; 15 Rhizocorallium; 16 Teichichnus;
17 Crossopodia; 18 Asteriacites; 19 Zoophycos; 20 Lorenzinia; 2, Zoophycos; 22
Paleodictyon; 23 Taphrhelminthopsis; 24 Helminthoida; 25 Spirohaphe; 26 Cosmorhaphe.
ii. Stromatolit
Stromatolit
terbentuk secara alamiah, struktur laminasi terdiri dari lumpur halus, sedimen tanah
liat, atau sedimen pasir. Stromatolit paling tua terjadi pada batu
gamping, namun stromatolit juga didapat dalam sedimen silisiiklastik.
Stromatolit dikenal sebagai struktur
organosedimentary yang dibentuk sebagian besar oleh trapping dan proses cyanobacteria.
Gambar 12. Struktur stromatolit
hemispherical.
c. Beding-Plane Yang Dihasilkan oleh
Miscellaneous
Miscellaneous
terdapat di bagian atas beds, yaitu termasuk mudcraks, syneresis
cracks, raindrop dan hailstone imprints, bubble imprints, rill marks, swash
marks, and parting lineation.
Gambar 13. Mudcraks diatas batuan
lumpur.
C.
STRUKTUR LAINNYA
Dike dan sill
batu pasir adalah tabular dari batu pasir besar yang mengisi belahan di setiap
jenis host rock. Dike dan sill
batu pasir memiliki ketebalan dari beberapa cm hingga lebih dari 10 m. Dike
dan sill batu pasir tidak memiliki struktur internal yang berorientasi dengan
apapun kecuali serpihan mika dan partikel lainnya yang memanjang.
Struktur
sedimen sekunder adalah struktur yang terbentuk beberapa saat setelah
terjadinya deposisi selama penguburan sedimen. Struktur ini sebagian besar
berasal dari bahan kimia, yang dibentuk oleh presipitasi zat mineral dalam
pori-pori semiconsolidated atau konsolidasi batuan sedimen oleh proses
penggantian kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Sam Boggs, Jr.
Principles of Sedimentology and Stratigraphy 4th ed, University of
Oregon, p 174-114
Sam Boggs, Jr,
Petrology of Semidentary Rocks 2nd ed, University of Oregon, 2009, p 63 - 110
Kiagusrachmadi-kaem.blogspot.com/2011/10/struktur-primer.html?m=1
Berpikirbeda.wordpress.com/category/tema-tema-geology/
No comments:
Post a Comment