Ada hal menarik yang terjadi pada 2014 lalu yaitu pertemuan pertama saya dengan bang Adam saat kepulangannya dari Turki. Obrolan basa-basi perkenalan kemudian merambah ke obrolan tentang pengalamannya selama kuliah di Turki.
Rasa penasaran pasti timbul atas keingintahuan akan negara Turki ini, apalagi saat mendengar langsung dari orang yang pernah menimba ilmu di negeri yang terkenal dengan makanan kebab ini.
Satu pertanyaan dari saya yang tak saya lupakan karena jawaban dari bang Adam ini, yang sampai saat ini masih menginspirasi saya. Namun tidak bermaksud menghina orang atau beberapa golongan, namun kita harus terima realita yang terjadi di lingkungan ini.
"Bang, apa perbedaan antara Turki dengan Indonesia?" Begitulah kira-kira pertanyaan yang saya ajukan kepada bang Adam. Ini merupakan pertanyaan umum dari saya, jawabannya dapat berupa makanan, keseharian orang disana, masalah politik, ekonomi, dan lain sebagainya.
Namun diluar diguaan, beginilah jawaban dari bang Adam 2014 lalu yang masih terngiang di benak saya.
"Sederhana Fieq beda orang Turki dengan orang Indonesia. Orang Turki kalau dengar ceramah, sebelum atau sesudah dengar ceramah mereka membaca kitab-kitab atas penyampaianya dari isi ceramah tersebut sehingga dapat mengetahui benar atau tidaknya isi ceramahnya. Beda ama orang kita, kalau udah dengar ceramah udahlah cukup dari apa yang disampaikan. Benar atau salah diambil terus."
Bam! Seakan beliau menyindir saya kala itu. Memang benar kalau realita di lapangan bahwa kita jarang membaca. Apa yang disampaikan yaudah terima saja, apabila ada orang yang bertentangan dengam paham kita, maka seringkali pula kita anggap bahwa orang tersebut salah, padalah kita lah yang salah.
Terlepas dari benar atau tidaknya realita di Turki seperti itu, saya hanya mengambil poin positifnya saja. Bahwa membaca itu sangat penting. Selain belajar dari apa yang disampaikan, kita juga harus mengetahui dari apa yang disampaikan. Karena dengan membaca kita mengetahui/mendapat ilmu dari sumbernya.
Rasa penasaran pasti timbul atas keingintahuan akan negara Turki ini, apalagi saat mendengar langsung dari orang yang pernah menimba ilmu di negeri yang terkenal dengan makanan kebab ini.
Satu pertanyaan dari saya yang tak saya lupakan karena jawaban dari bang Adam ini, yang sampai saat ini masih menginspirasi saya. Namun tidak bermaksud menghina orang atau beberapa golongan, namun kita harus terima realita yang terjadi di lingkungan ini.
"Bang, apa perbedaan antara Turki dengan Indonesia?" Begitulah kira-kira pertanyaan yang saya ajukan kepada bang Adam. Ini merupakan pertanyaan umum dari saya, jawabannya dapat berupa makanan, keseharian orang disana, masalah politik, ekonomi, dan lain sebagainya.
Namun diluar diguaan, beginilah jawaban dari bang Adam 2014 lalu yang masih terngiang di benak saya.
"Sederhana Fieq beda orang Turki dengan orang Indonesia. Orang Turki kalau dengar ceramah, sebelum atau sesudah dengar ceramah mereka membaca kitab-kitab atas penyampaianya dari isi ceramah tersebut sehingga dapat mengetahui benar atau tidaknya isi ceramahnya. Beda ama orang kita, kalau udah dengar ceramah udahlah cukup dari apa yang disampaikan. Benar atau salah diambil terus."
Bam! Seakan beliau menyindir saya kala itu. Memang benar kalau realita di lapangan bahwa kita jarang membaca. Apa yang disampaikan yaudah terima saja, apabila ada orang yang bertentangan dengam paham kita, maka seringkali pula kita anggap bahwa orang tersebut salah, padalah kita lah yang salah.
Terlepas dari benar atau tidaknya realita di Turki seperti itu, saya hanya mengambil poin positifnya saja. Bahwa membaca itu sangat penting. Selain belajar dari apa yang disampaikan, kita juga harus mengetahui dari apa yang disampaikan. Karena dengan membaca kita mengetahui/mendapat ilmu dari sumbernya.
No comments:
Post a Comment